BREAKING NEWS

Rabu, 14 April 2021

Ini Dia 10 Tradisi Unik Suku di Indonesia yang Masih Dilakukan Hingga Saat Ini

 

Mengenal 10 Tradisi Unik Suku-Suku di Indonesia

Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki lebih dari 17.000 pulau dan total pulau yang berpenghuni sebanyak 7000 pulau. Terdapat beberapa pulau utama di Indonesia, seperti Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Sumatera dan Papua. Selain itu, negara Indonesia juga memiliki pulau-pulau kecil yang menjadi destinasi tujuan wisata masyarakat local maupun internasional, seperti Bali, Lombok, Gili, dan sebagainya, masing-masing dari pulau tersebut tentunya memiliki keragaman dan keunikan tersendiri dikarenakan letak geografis negara Indonesia yang berada di kawasan ring of fire, sehingga membentuk keunikan kontur pada setiap wilayahnya.

Negara Indonesia dikenal dengan berbagai macam keragaman suku, budaya, agama, dan ras, yang menjadi symbol persatuan dan dikemas dalam bingkai “Bhinneka Tunggal Ika” serta gugusan pulau yang menjadi pesona keindahan Indonesia dimata dunia. Negara Indonesia terdiri dari 34 provinsi dan memiliki 1.340 etnik suku bangsa, serta suku jawa merupakan suku terbesar dari total populasi penduduk di Indonesia.

Setiap daerah di Indonesia tentunya memiliki penduduk dengan berbagai macam tradisi, bahasa, pakaian, rumah, dan juga kebiasaan hidup yang berbeda-beda. Hal ini tentunya menjadi sebuah keunikan dan ciri khas tersendiri yang membedakan dengan suku lainnya. Berikut ini merupakan 10 tradisi unik masyarakat adat yang berada di Indonesia hingga saat ini.

1.    Titi di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat

https://image.shutterstock.com/image-photo/mentawai-people-siberut-island-indonesia-600w-1299841564.jpg

Tradisi Titi adalah tradisi membuat tato tradisional yang dilakukan oleh Suku Mentawai di Sumatera Barat. Titi dibuat menggunakan alat manual dan berbahan alami seperti jarum yang terbuat dari kayu, serta menggunakan tinta yang berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti arang dari tempurung kelapa dan air tebu. Titi dilakukan oleh seorang pembuat tato yang disebut dengan “Sipatiti”.  Masyarakat Suku Mentawai beranggapan bahwa mentato diri mereka sebagai lambing keseimbangan antara alam dan penghuninya.


2.    Rambu Solo di Tana Toraja, Sulawesi Selatan

Tradisi upacara adat Rambu Solo merupakan upacara pemakaman secara adat yang mewajibkan suatu keluarga untuk mengadakan sebuah pesta sebagai tanda penghormatan terakhir pada mendiang yang telah meninggal. Upacara adat tersebut dibuat semeriah mungkin dengan menyediakan  babi dan kerbau untuk disembelih dan dibagikan kepada penduduk sekitar.

Dalam pelaksanaan upacara Rambu Solo terdapat tarian Ma’badong, yaitu tarian yang hanya dilakukan pada saat ada kematian. Tarian Ma’badong memiliki gerakan khas dengan membuat lingkaran dan begandengan tangan, kemudian disertai dengan menyanyikan lagu kedukaan. Gerakan dalam tarian Ma’badong memiliki sebuah makna yaitu semua keluarga merasakan berduka dan saling menghibur satu sama lain.


3.    Pasola di Sumba, Nusa Tenggara Timur

Tradisi Pasola adalah tradisi adat yang dilakukan oleh Suku Sumba di Pulau Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur. Pasola berasal dari kata “Sola” yang berarti sejenis lembing kayu yang digunakan untuk saling melempar dari atas kuda oleh dua kelompok yang berlawanan. Sementara itu, imbuhan “Pa” menekankan bahwa ini adalah sebuah permainan.

Dengan demikian, Pasola merupakan sebuah tradisi permainan ketangkasan dengan saling melempar lembing yang terbuat dari kayu. Tradisi ini juga merupakan bagian dari upacara tradisional agama Merapu (agama Lokal Suku Sumba), tradisi ini biasanya diselenggarakan setiap akhir tahun yakni antara bulan Februari hingga Maret secara bergiliran dilakukan oleh empat desa, seperti Kodi, Lamboya, Wonokaka, dan Gaura.  


4.    Seba di Banten, Jawa Barat


Tradisi upacara Seba merupakan upacara yang dilakukan oleh masyarakat Suku Baduy, dengan menyerahkan hasil bumi sebagai bentuk rasa syukur atas limpahan hasil bumi (padi, palawija, buah-buahan) serta kepatuhan pada Kesultanan Banten (saat ini diserahkan kepada Gubernur Banten).

Dalam pelaksanaan upacara Seba, Suku Baduy mengenakan pakaian khusus serba putih, termasuk ikat kepalanya (lomar), yang dilakukan dengan berjalan kaki menempuh jarak ratusan kilometer sambil membawa hasil bumi untuk diserahkan kepada Gubernur Banten.


5.    Bakar Tongkang di Bagan Siapi-Api, Riau

Tradisi Bakar Tongkang merupakan tradisi yang terkait dengan keputusan penting yang dibuat oleh para pendatang Tionghoa pertama yang meninggalkan tanah air mereka dan menetap di Provinsi Riau, Pulau Sumatera. Bakar Tongkang berarti membakar kapal (terakhir) tempat mereka berlayar. Tradisi ini diyakini berawal dari tahun 1826, dan sejarahnya dapat ditelusuri kembali ke imigran Tionghoa pertama yang menginjakkan kaki di daerah tersebut dan kemudian menamakan tanah yang sekarang dikenal sebagai Bagansiapi-api atau “Tanah Kunang-kunang”.

Tradisi Bakar Tongkang, diselerenggarakan setiap tahun pada hari ke-16 bulan ke-5 berdasarkan kalender China, tradisi ini juga dikenal sebagai Go Gek Cap Lak (Go berarti 5 dan Cap Lak yang berarti ke-16) dengan aksi simbolis membakar replika kapal tradisional Tiongkong sebagai puncak festival.


6.    Ma’nene di Tana Toraja, Sulawesi Selatan

Tradisi ritual Ma’nene merupakan tradisi kegiatan membersihkan jasad para leluhur yang sudah meninggal dunia ratusan tahun yang lalu. Tradisi ini masih rutin dilakukan pada setiap tahunnya di Desa Pangala dan Baruppu, Sulawesi Selatan. Tradisi Ma’nene mencerminkan pentingnya hubungan antara anggota keluarga.

Proses pelaksanaan ritual Ma’nene diawali dengan kunjungan anggota keluarga ke pemakaman leluhur yang dinamakan Patane. Kemudian mereka mengambil jasad anggota keluarga yang telah tersimpan selama ratusan tahun. Lalu jasad tersebut dibersihkan dan pakaiannya digantikan dengan pakaian yang baru.


7.    Omed-omedan di Bali


Tradisi Omed-omedan merupakan tradisi yang diselenggarakan oleh para pemuda-pemudi khususnya warga Banjar Kaja, Desa Sesetan yang diadakan setiap tahun. Omed-omedan berasal dari bahasa Bali yang artinya tarik-tarikan. Tradisi ini dilakukan dengan tujuan untuk mempererat rasa Asah, Asih, dan Asuh antar warga khususnya warga Banjar Kaja.

Omed-omedan biasanya diselenggarakan setelah Hari Raya Nyepi, yakni pada hari Ngembak Geni untuk menyambut tahun baru saka. Proses pelaksanaan tradisi Omed-omedan diawali dengan sembahyang bersama di Pura, kemudian dilanjutkan dengan pementasan Barong Bangkung Jantan dan Betina, Setelah itu, para kelompok peserta memasuki pelataran Pura.


8.    Tatung di Singkawang, Kalimantan Barat

Tradisi Tatung merupakan tradisi unik untuk merayakan Cap Go Meh di daerah Singkawang, Kalimantan Barat. Tatung merupakan manusia yang dipercaya sedang dirasuki oleh roh dewa, kata Tatung berasal dari bahasa Hakka, yang berarti roh dewa. Tujuan utama dari tradisi Tatung adalah untuk membersihkan roh jahat dan segala kesialan di kota tersebut.

Pada saat proses pelaksanaan tradisi Tatung, seseorang yang menjadi Tatung akan dirasuki oleh roh dewa dan akan menusukkan benda tajam ke tubuhnya dengan menggunakan pisau, pedang, besi dan sebagainya. Seseorang yang menjadi Tatung telah terpilih secara turun-temurun sejak lahir dan tidak dapat menolak untuk menjadi Tatung.


9.    Tradisi Kebo-keboan di Jawa Timur

https://image.shutterstock.com/image-photo/kebokeboan-annual-traditional-ceremonies-that-600w-752579767.jpg

            Tradisi ini berada di Desa Alasmalang, Kecamatan Singojuruh, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, nama tradisi ini adalah Kebo-keboan atau dalam bahasa Indonesia berarti “kerbau jadi-jadian”. Tradisi Kebo-keboan merupakan upacara tradisi khusus yang diselenggarakan dengan tujuan untuk menghalau/mengusir wabah penyakit. Tradisi ini telah berlangsung sejak lama dan masih diselenggarakan hingga saat ini. Dalam proses pelaksanaan upacara tradisi Kebo-keboan ini tidak melibatkan hewan kerbau, tetapi hanya orang-orang yang berdandan menyerupai kerbau.

Ritual tradisi ini, bermula saat mewabahnya penyakit yang menyerang masyarakat desa dan tanaman, hingga menyebabkan kelaparan bahkan meninggal dunia. Kemudian sesepuh desa yang dikenal dengan nama Mbah Kanti melakukan ritual semedi dan mendapatkan sebuah wangsit yaitu melakukan ritual yang disebut Kebo-keboan, dengan mengagungkan Dewi Sri sebagai symbol kemakmuran dan keselamatan.


10.  Iki Palek di Lembah Baliem, Papua

Tradisi Iki Palek merupakan tradisi memotong jari yang dilakukan oleh Suku Dani di Lembah Baliem, Papua. Menurut masyarakat Suku Dani jari adalah symbol harmoni, persatuan, dan kekuatan. Selain itu, jari juga dianggap sebagai lambing dari kekeluargaan, bahasa, dan suku.

Ketika salah satu anggota keluarga mereka meninggal, Suku Dani akan memotong jari mereka sebagai bentuk kesetiaan dan rasa kehilangan yang mendalam terhadap anggota keluarga yang telah meninggal, serta hilangnya jari mereka menandakan jumlah anggota keluarga yang telah meninggal.

Demikian, 10 tradisi unik suku di Indonesia yang masih dilakukan hingga saat ini, bahkan beberapa diantaranya menjadi festival yang menarik pengunjung wisatawan asing. Sebagai pemuda bangsa, sudah seharusnya kita bangga dengan keragaman yang ada di Indonesia dan mengenalkan kepada dunia internasional.

 

*Mahasiswa Program Studi D3 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta.

- https://www.duniakampus40.net/


Share this:

22 komentar :

  1. Ilmu yang sangat bermanfaat dan pembahasan yang menarik!

    BalasHapus
  2. Wihh baru tau setelah baca artikel ini.kerenn

    BalasHapus
  3. Keren abis bahasan nya, makin tau ragam suku di Indonesia

    BalasHapus
  4. Menambah pengetahuan dan sangat bermanfaat

    BalasHapus
  5. Artikel sangat bermanfaat,Keren!!

    BalasHapus

 
Copyright © 2014 Tau Gak sih ?. Designed by OddThemes