Mengenal 10 Tradisi Unik
Suku-Suku di Indonesia
Indonesia
adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki lebih dari 17.000 pulau
dan total pulau yang berpenghuni sebanyak 7000 pulau. Terdapat beberapa pulau
utama di Indonesia, seperti Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Sumatera dan Papua.
Selain itu, negara Indonesia juga memiliki pulau-pulau kecil yang menjadi
destinasi tujuan wisata masyarakat local maupun internasional, seperti Bali,
Lombok, Gili, dan sebagainya, masing-masing dari pulau tersebut tentunya
memiliki keragaman dan keunikan tersendiri dikarenakan letak geografis negara
Indonesia yang berada di kawasan ring of
fire, sehingga membentuk keunikan kontur pada setiap wilayahnya.
Negara
Indonesia dikenal dengan berbagai macam keragaman suku, budaya, agama, dan ras,
yang menjadi symbol persatuan dan dikemas dalam bingkai “Bhinneka Tunggal Ika” serta
gugusan pulau yang menjadi pesona keindahan Indonesia dimata dunia. Negara
Indonesia terdiri dari 34 provinsi dan memiliki 1.340 etnik suku bangsa, serta
suku jawa merupakan suku terbesar dari total populasi penduduk di Indonesia.
Setiap daerah di Indonesia tentunya memiliki penduduk dengan berbagai macam tradisi, bahasa, pakaian, rumah, dan juga kebiasaan hidup yang berbeda-beda. Hal ini tentunya menjadi sebuah keunikan dan ciri khas tersendiri yang membedakan dengan suku lainnya. Berikut ini merupakan 10 tradisi unik masyarakat adat yang berada di Indonesia hingga saat ini.
1. Titi di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat
Tradisi Titi adalah tradisi membuat tato tradisional yang dilakukan oleh Suku Mentawai di Sumatera Barat. Titi dibuat menggunakan alat manual dan berbahan alami seperti jarum yang terbuat dari kayu, serta menggunakan tinta yang berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti arang dari tempurung kelapa dan air tebu. Titi dilakukan oleh seorang pembuat tato yang disebut dengan “Sipatiti”. Masyarakat Suku Mentawai beranggapan bahwa mentato diri mereka sebagai lambing keseimbangan antara alam dan penghuninya.
2.
Rambu
Solo di Tana Toraja, Sulawesi Selatan
Tradisi upacara adat
Rambu Solo merupakan upacara pemakaman secara adat yang mewajibkan suatu
keluarga untuk mengadakan sebuah pesta sebagai tanda penghormatan terakhir pada
mendiang yang telah meninggal. Upacara adat tersebut dibuat semeriah mungkin
dengan menyediakan babi dan kerbau untuk
disembelih dan dibagikan kepada penduduk sekitar.
Dalam pelaksanaan
upacara Rambu Solo terdapat tarian Ma’badong, yaitu tarian yang hanya dilakukan
pada saat ada kematian. Tarian Ma’badong memiliki gerakan khas dengan membuat
lingkaran dan begandengan tangan, kemudian disertai dengan menyanyikan lagu
kedukaan. Gerakan dalam tarian Ma’badong memiliki sebuah makna yaitu semua
keluarga merasakan berduka dan saling menghibur satu sama lain.
3.
Pasola
di Sumba, Nusa Tenggara Timur
Tradisi Pasola adalah
tradisi adat yang dilakukan oleh Suku Sumba di Pulau Sumba Barat, Nusa Tenggara
Timur. Pasola berasal dari kata “Sola” yang berarti sejenis lembing kayu yang
digunakan untuk saling melempar dari atas kuda oleh dua kelompok yang
berlawanan. Sementara itu, imbuhan “Pa” menekankan bahwa ini adalah sebuah
permainan.
Dengan demikian, Pasola
merupakan sebuah tradisi permainan ketangkasan dengan saling melempar lembing
yang terbuat dari kayu. Tradisi ini juga merupakan bagian dari upacara tradisional
agama Merapu (agama Lokal Suku Sumba), tradisi ini biasanya diselenggarakan
setiap akhir tahun yakni antara bulan Februari hingga Maret secara bergiliran
dilakukan oleh empat desa, seperti Kodi, Lamboya, Wonokaka, dan Gaura.
4.
Seba
di Banten, Jawa Barat
Tradisi upacara Seba
merupakan upacara yang dilakukan oleh masyarakat Suku Baduy, dengan menyerahkan
hasil bumi sebagai bentuk rasa syukur atas limpahan hasil bumi (padi, palawija,
buah-buahan) serta kepatuhan pada Kesultanan Banten (saat ini diserahkan kepada
Gubernur Banten).
Dalam pelaksanaan upacara Seba, Suku Baduy mengenakan pakaian khusus serba putih, termasuk ikat kepalanya (lomar), yang dilakukan dengan berjalan kaki menempuh jarak ratusan kilometer sambil membawa hasil bumi untuk diserahkan kepada Gubernur Banten.
5.
Bakar
Tongkang di Bagan Siapi-Api, Riau
Tradisi
Bakar Tongkang merupakan tradisi yang terkait dengan keputusan penting yang
dibuat oleh para pendatang Tionghoa pertama yang meninggalkan tanah air mereka dan
menetap di Provinsi Riau, Pulau Sumatera. Bakar Tongkang berarti membakar kapal
(terakhir) tempat mereka berlayar. Tradisi ini diyakini berawal dari tahun
1826, dan sejarahnya dapat ditelusuri kembali ke imigran Tionghoa pertama yang menginjakkan kaki di daerah tersebut
dan kemudian menamakan tanah yang sekarang dikenal sebagai Bagansiapi-api atau “Tanah
Kunang-kunang”.
Tradisi
Bakar Tongkang, diselerenggarakan setiap tahun pada hari ke-16 bulan ke-5
berdasarkan kalender China, tradisi ini juga dikenal sebagai Go Gek Cap Lak (Go
berarti 5 dan Cap Lak yang berarti ke-16) dengan aksi simbolis membakar replika
kapal tradisional Tiongkong sebagai puncak festival.
6. Ma’nene
di Tana Toraja, Sulawesi Selatan
Tradisi
ritual Ma’nene merupakan tradisi kegiatan membersihkan jasad para leluhur yang
sudah meninggal dunia ratusan tahun yang lalu. Tradisi ini masih rutin
dilakukan pada setiap tahunnya di Desa Pangala dan Baruppu, Sulawesi Selatan.
Tradisi Ma’nene mencerminkan pentingnya hubungan antara anggota keluarga.
Proses
pelaksanaan ritual Ma’nene diawali dengan kunjungan anggota keluarga ke pemakaman
leluhur yang dinamakan Patane. Kemudian mereka mengambil jasad anggota keluarga
yang telah tersimpan selama ratusan tahun. Lalu jasad tersebut dibersihkan dan pakaiannya
digantikan dengan pakaian yang baru.
7. Omed-omedan
di Bali
Tradisi
Omed-omedan merupakan tradisi yang diselenggarakan oleh para pemuda-pemudi khususnya
warga Banjar Kaja, Desa Sesetan yang diadakan setiap tahun. Omed-omedan berasal
dari bahasa Bali yang artinya tarik-tarikan. Tradisi ini dilakukan dengan
tujuan untuk mempererat rasa Asah, Asih, dan Asuh antar warga khususnya warga
Banjar Kaja.
Omed-omedan
biasanya diselenggarakan setelah Hari Raya Nyepi, yakni pada hari Ngembak Geni untuk menyambut tahun baru
saka. Proses pelaksanaan tradisi Omed-omedan diawali dengan sembahyang bersama
di Pura, kemudian dilanjutkan dengan pementasan Barong Bangkung Jantan dan
Betina, Setelah itu, para kelompok peserta memasuki pelataran Pura.
8. Tatung
di Singkawang, Kalimantan Barat
Tradisi
Tatung merupakan tradisi unik untuk merayakan Cap Go Meh di daerah Singkawang,
Kalimantan Barat. Tatung merupakan manusia yang dipercaya sedang dirasuki oleh
roh dewa, kata Tatung berasal dari bahasa Hakka, yang berarti roh dewa. Tujuan
utama dari tradisi Tatung adalah untuk membersihkan roh jahat dan segala
kesialan di kota tersebut.
Pada
saat proses pelaksanaan tradisi Tatung, seseorang yang menjadi Tatung akan
dirasuki oleh roh dewa dan akan menusukkan benda tajam ke tubuhnya dengan
menggunakan pisau, pedang, besi dan sebagainya. Seseorang yang menjadi Tatung
telah terpilih secara turun-temurun sejak lahir dan tidak dapat menolak untuk
menjadi Tatung.
9. Tradisi Kebo-keboan di Jawa Timur
Ritual tradisi ini, bermula saat mewabahnya penyakit yang menyerang masyarakat desa dan tanaman, hingga menyebabkan kelaparan bahkan meninggal dunia. Kemudian sesepuh desa yang dikenal dengan nama Mbah Kanti melakukan ritual semedi dan mendapatkan sebuah wangsit yaitu melakukan ritual yang disebut Kebo-keboan, dengan mengagungkan Dewi Sri sebagai symbol kemakmuran dan keselamatan.
10.
Iki Palek di Lembah Baliem, Papua
Tradisi Iki Palek
merupakan tradisi memotong jari yang dilakukan oleh Suku Dani di Lembah Baliem,
Papua. Menurut masyarakat Suku Dani jari adalah symbol harmoni, persatuan, dan
kekuatan. Selain itu, jari juga dianggap sebagai lambing dari kekeluargaan,
bahasa, dan suku.
Ketika salah satu anggota
keluarga mereka meninggal, Suku Dani akan memotong jari mereka sebagai bentuk
kesetiaan dan rasa kehilangan yang mendalam terhadap anggota keluarga yang
telah meninggal, serta hilangnya jari mereka menandakan jumlah anggota keluarga
yang telah meninggal.
Demikian, 10 tradisi unik
suku di Indonesia yang masih dilakukan hingga saat ini, bahkan beberapa
diantaranya menjadi festival yang menarik pengunjung wisatawan asing. Sebagai
pemuda bangsa, sudah seharusnya kita bangga dengan keragaman yang ada di
Indonesia dan mengenalkan kepada dunia internasional.
*Mahasiswa Program Studi
D3 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta.
- https://www.duniakampus40.net/
Ilmu yang sangat bermanfaat dan pembahasan yang menarik!
BalasHapusTerima kasih sasa
HapusPembahasan yang menarik
BalasHapusTerima kasih
HapusWihh baru tau setelah baca artikel ini.kerenn
BalasHapusterima kasih ifro
HapusKeren abis bahasan nya, makin tau ragam suku di Indonesia
BalasHapusterima kasih dirga
HapusMenambah pengetahuan dan sangat bermanfaat
BalasHapusTerima kasih annisa
Hapuskeren bangeeet, bermanfaat
BalasHapusTerima kasih natasya
Hapusinfonya sangat bagus
BalasHapusTerima kasih tari
HapusSangat Informatif
BalasHapusTerima kasih iman
HapusSangatt bermanfaat!!
BalasHapusTerima kasih given
Hapuskeren bro!
BalasHapusTerima kasih
HapusArtikel sangat bermanfaat,Keren!!
BalasHapusTerima kasih nanda
Hapus